BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Antropometri
Fasilitas kerja yang baik,
dalam artian sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, dapat diperoleh
apabila ukuran-ukuran dari fasilitas kerja tersebut sesuai dengan tubuh
manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan dimensi tubuh manusia ini dipelajari
dalam antropometri (Sutalaksana, 2006). Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan
dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih
luas digunakan sebagai pertimbangan
ergonomis
dalam proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan
interaksi
manusia.
Data
antropometri yang berhasil diperoleh
akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas
(tools), perancangan
produk-produk
konsumtif seperti pakaian,
kursi, meja, dan perancangan
lingkungan
fisik. Berdasarkan
hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran,
dan dimensi yang tepat berkaitan
dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan
manusia
yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk
tersebut (Nurmianto, 2003).
Ada 3 filosofi
dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data
antropometri untuk diaplikasikan. Berikut ini adalah penjelasannya (staff.uny.ac.id, 2014).
1.
Desain
untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contohnya
penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
2.
Desain
untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau
fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users).
Contohnya perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur,
dan sudut sandarannya pun bisa diubah.
3. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai
antropometri rata-rata dalam mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contohnya
desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.
Perancangan yang
optimum yang didapatkan dari suatu ruang dan fasilitas, maka faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun
dinamis harus diperhatikan. Hal lain yang perlu diamati adalah berat dan pusat
massa (centre of gravity) dari suatu segmen atau bagian tubuh, bentuk
tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan
kaki, dan sebagainya.
Harus didapatkan pula
data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif
mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Semakin banyak
jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, maka semakin terlihat besar
variasi antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh
maupun persegmennya (Nurmianto, 2003).
2.2 Pembagian Antropometri
Antropometri
dibagi menjadi dua bagian. Bagian dari data antropometri adalah sebagai berikut
(Nurmianto, 2003):
1.
Antropometri statis,
yaitu pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam.
2.
Antropometri
dinamis, yaitu pengukuran dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang
sedang bergerak.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal
bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain
(Nurmianto, 2003):
1.
Keacakan atau Random
Butir
pertama ini walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah
jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun
masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara beragai macam masyarakat.
Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat
jelas dapat diaprosimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan
menggunakan persentil yang telah diduga, jika rata-rata dan standar deviasi
telah diestimasi.
2.
Jenis Kelamin
Secara
distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria
dan wanita. Kebanyakan dimensi pria dan wanita mengalami perbedaan yang
signifikan diantara rata-rata dan perbedaan tidak dapa diabaikan begitu saja,
pria biasanya dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita,
biasanya data untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara
terpisah.
3.
Suku Bangsa
Variasi
diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah
pentingnya terutama karena mengingkatnya jumlah angka migrasi dari suatu negara
ke negara yang lain. Contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang migrasi dari Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan
angkatan kerja maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.
4.
Usia
Faktor
selanjutnya yang mempengaruhi pengelompokan data pada antropometri yaitu usia.
Usia yang dimaksud digolongkan atas beberapa kelompok usia antara lain balita,
anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain
diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometri akan cenderung terus
meningkat sampai batas usia dewasa, namun setelah dewasa tinggi badan manusia
mempunyai kecenderungan untuk yang menurun antara lain disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas tulang belakang. Selain itu juga karena berkurangnya dinamika
gerakan tangan dan kaki.
5.
Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menunntut adanya
persyaratan dalam seleksi karyawan maupun stafnya. Contohnya buruh dermaga
(pelabuhan) harus memiliki postur tubuh yang relatif besar dibandingkan dengan
karyawan perkantoran pada umumya atau dibandingkan dengan jenis pekerjaan
militer.
6.
Pakaian
Hal
ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya iklim
atau musi yang berbeda dari suatu tempat ketempat yang lain terutama untuk
daerah yang mengalami empat musim. Contohnya pada musim dingin manusia akan
memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif besar.
7.
Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor
ini jelas memiliki pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil. Terutama yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh.
8.
Cacat Tubuh Secara Fisik
Suatu
perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya
skala prioritas pada rancangan bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita
cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan “kesamaan”
dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomic
didalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timul diantaranya
keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong atau jalur khusus untuk
kursi roda, dan lain lain.
2.4
Perancangan
Produk
Perancangan
adalah
suatu
proses
yang
bertujuan
untuk menganalisa, menilai,
dan memperbaiki serta menyusun suatu
sistem. Bersifat
untuk sistem fisik maupun nonfisik yang optimum
untuk
waktu yang akan
datang dengan memanfaatkan
informasi
yang ada (Nurmianto, 2003).
Perancangan
suatu alat termasuk
dalam
metode teknik, dengan demikian
langkah-langkah pembuatan perancangan
akan mengikuti
metode
Merris Asimow yang menerangkan
bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan
maksud tertentu menuju ke arah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Tiga
hal yang harus
diperhatikan
dalam perancangan sebuah produk antara lain (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 2014):
1.
Aktivitas untuk
maksud tertentu.
2.
Sasaran pada
pemenuhan kebutuhan manusia.
3.
Berdasarkan pada
pertimbangan teknologi.
Tahapan
perancangan sistem kerja menyangkut work
space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah:
1. Menentukan
kebutuhan perancangan.
2. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3. Pemilihan
sampel yang akan diambil datanya.
4. Penentuan
kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5. Penentuan
sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil
yang akan dipakai.
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
7. Pengambilan
data.
8. Pengolahan
data.
9. Visualisasi
rancangan.
Membuat suatu rancangan produk atau
alat perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangannya. Beberapa
karakteristik perancangan adalah sebagai berikut (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 2014):
1.
Berorientasi pada
tujuan.
2.
Variform,
yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin tidak
terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang akan diambil.
3.
Pembatas, yaitu
membatasi solusi pemecahan antara lain:
a.
Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia, dan lain-lain.
b.
Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan yang telah
dibuat
c.
Pertimbangan manusia,
sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dala merancang dan memakainya.
d.
Faktor-faktor legality, mulai dari model, bentuk
sampai dengan hak cipta.
e.
Fasilitas produksi,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan yang telah dibuat.
f.
Evolutif,
berkembang terus mengikuti perkembangan zaman.
Karakteristik yang harus dimiliki
oleh seorang perancang merupakan hal yang perlu diperhatikan. Karakteristik tersebut antara lain adalah sebagai berikut
(Nurmianto, 2003):
1.
Mempunyai kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah.
2.
Memiliki imajinasi untuk meramalkan
masalah yang mungkin akan timbul.
3.
Berdaya cipta.
4.
Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan
persoalan.
5.
Mempunyai keahlian
dibidang matematika, fisika, kimia, tergantung dari jenis rancangan yang
dibuat.
6.
Mampu mengabil keputusan yang terbaik
berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7.
Mempunyai sifat yang terbuaka (open
minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Prosedur
perancangan yang merupakan tahapan
umum teknik perancangan
dikenal
dengan sebutan NIDA,
yang merupakan kepanjangan
dari need, idea, decision,
dan action. Artinya tahap
pertama seorang perancang menetapkan
dan
mengidentifikasikan
kebutuhan
(need), sehubungan
dengan
alat atau produk yang harus dirancang.
Berikutnya dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan
berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi
dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan
terhadap berbagai
alternatif
yang ada,
sehingga perancang dapat memutuskan
(decision) suatu
alternatif terbaik.
Proses
terakhir yang dilakukan
yaitu proses pembuatan (action). Perancangan
suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan
untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimalisasi
potensi kecelakaan kerja.
Hasil
rancangan yang
dibuat
dituntut dapat memberikan
kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna produk dengan memperhatikan
faktor
manusia
sebagai
pengguna.
Faktor manusia
ini diantaranya
dipelajari dalam ergonomi dengan metode antropometri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat
suatu rancangan selain faktor manusia
antara
lain (Nurmianto, 2003):
1.
Analisa teknik yaitu berhubungan ketahanan,
kekerasan,
dan sebagainya.
2.
Analisa ekonomi
yaitu
berhubungan dengan perbandingan biaya
yang harus
dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3.
Analisa legalisasi yaitu berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hukum
yang
berlaku dan
dari hak cipta.
4.
Analisa pemasaran yaitu berhubungan
dengan
jalur distribusi
produk/hasil
rancangan sehingga dapat sampai kepada
konsumen atau pemakai.
5.
Analisa nilai yaitu suatu prosedur yang mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Analisa
nilai
dibagi
menjadi empat kategori
antara
lain:
a.
Uses value yaitu berhubungan
dengan nilai
kegunaan.
b.
Esteem value yaitu berhubungan dengan nilai estetika atau keindahan.
c. Cost
value
yaitu
berhubungan
dengan pembiayaan.
d. Exchange
value
yaitu berhubungan
dengan kemampuan
tukar.
Terdapat tiga tipe perancangan yang ada pada
antropometri.
Adapun tipe
perancangan tersebut antara lain:
1.
Perancangan
untuk pemakaian nilai ekstrim
yaitu
data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan
ekstrim maksimum 95%.
2.
Perancangan
pemakaian nilai
rata-rata yaitu data dengan persentil 50%.
3.
Perancangan
untuk pemakaian
yang dapat disesuaikan
(adjustable).
2.5
Penggunaan
Data Antropometri
Penerapan data antropometri ini akan dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi dari distribusi normal. Nilai tersebut dapat digunakan untuk
mencari persentil sebagai ukuran dari bagian suatu produk. Berikut ini adalah rumus perhitungan persentil (Nurmianto, 2003).
Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil
Persentil
|
Perhitungan
|
1 st
|
|
2,5 th
|
|
5 th
|
|
10 th
|
|
50 th
|
|
90 th
|
|
95 th
|
|
97,5 th
|
|
99 th
|
|
..............(2.1)
..............(2.2)
..............(2.3)
..............(2.4)
..............(2.5)
..............(2.6)
..............(2.7)
..............(2.8)
..............(2.9)
Terdapat
istilah “The Fallacy of The Average Man or Average Woman”. Istilah ini mengatakan
bahwa
merupakan suatu kesalahan
dalam perancangan suatu tempat
kerja ataupun produk
jika berdasarkan pada dimensi yang hipotesis
yaitu
menganggap
bahwa semua
dimensi
adalah
merupakan rata-rata,
walaupun hanya dalam
penggunaan
satu dimensi
saja.
Seseorang yang mempunyai dimensi
pada
rata-rata populasi,
katakanlah
tinggi
badan, maka belum tentu, bahwa dia
berada
pada
rata- rata populasi
untuk dimensi
lainnya.
Beberapa
pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri adalah mencari
nilai rata-rata, simpangan baku, dan persentil dari dimensi tubuh yang
digunakan. Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan (apk.lab.uii.ac.id,
2014).
1. Rata-rata
(Mean)
Perhitungan mencari nilai rata-rata
dilakukan untuk seluruh dimensi tubuh yang digunakan dalam merancang atau
membuat suatu produk, kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung
persentil. Berikut ini adalah
rumusnya.
|
.........................................(2.10)
Keterangan:
= rata-rata (cm)
= ukuran suatu dimensi tubuh (cm)
= jumlah populasi
2. Standar
Deviasi
Perhitungan mencari nilai standar
deviasi dilakukan untuk seluruh dimensi tubuh yang digunakan dalam merancang
atau membuat suatu produk, kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung
persentil. Berikut ini adalah rumusnya.
|
.
...................................(2.11)
Keterangan:
SD = standar deviasi (cm)
3.
Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari
orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut. Penetapan
data antropometri digunakan distribusi normal di mana distribusi ini dapat
diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan bakunya
(standar deviasi) dari data yang diperoleh. Berdasarkan nlai yang ada tersebut,
dapat ditentukan nilai persentil sesuai dengan tabel probabilitas distribusi
normal yang ada. Persentil yang umumnya
digunakan adalah persentil 5, persentil 50, dan persentil 95.
Gambar 2.1 Distribusi Normal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar